I.
tolong tutup sedikit celah pintu di kulit ini,
atau minimal, tariklah sebentar nafasmu,
untuk ciptakan hawa hangat.
semakin tinggi pohon, makin keras angin yang menerpa,
kasihan pohon yang tinggi itu,
kami yang di bawah sini pun kedinginan.
(Adhi Fahmi, Jurnal 09)
II.
gumpalan nafas menari di udara,
menyambut kawanan baru yang terlahir di dunia.
tercipta berkat rasa.
alunan nada perlahan menghilang.
tenggelam,
lalu terbang.
melesat dalam bayang.
(Ifa Paramitha, Jurnal 07)
III.
derap langkah mereka tak pernah henti. menjejak lamunan dalam perasaan risih. terkadang, bahkan menjadi bahan caci maki. mereka hanya berharap dosanya kan tercuci. meski dalam ingatannya, setiap manusia tidaklah suci. harapannya membuncah begitu menjadi. langkahnya semakin cepat seolah berlari. tak henti termakan hari. apa yang membuatku begitu benci? tunjukanlah pada mereka satu hati. sekumpulan pria yang mencintai sesama lelaki. aku hanya menjerit dalam hati, TAI !!!!!
(Frasetya Vady Aditya, Jurnal 09)
IV.
Gila benar-benar gila
Aku kesal dengan diriku ini
Lemah karena aku tak berani
Aku tahu ini berat
Untuk meraih hatimu
Segala emosi ku
Entah apa yang aku kejar
Lepas dari semua amarahku
Luluh di dalam hatiku
Yang paling dalam
Gila segila-gilanya
Waktuku hanya untukmu
Semua hanya untukmu
Aku akan mengatakan sesuatu
Yang paling buatku menyukaimu
Aku suka senyummu
Namun itu membuatku menjadi
Gila segila-gilanya
Lepas ku melayang
Oh karena dirimu....
(Satria Perdana, Jurnal 09)
V.
pohon, hijau, berdiri, melindungi, meneduhkan
langit, biru, putih, mengambang, menenangkan
dan saya merasa sangat beruntung masih bisa menikmati keduanya
seberuntung hatiku yang masih bisa berlari
..................................................
..................................................
..................................................
hati, akal, dan tubuhku adalah syaratku mendapatkan hati, akal, dan tubuhmu.
akan ikhlas kuberikan padamu asal sesuai dengan norma ilahi
seikhlas pohon yang memberikan hijau, perlindungan, peneduhan
seikhlas langit yang memberikan biru, putih, ketenangan.
(Hafiyan Lindur (Apache), Jurnal 07)
VI.
terjebak dalam rutinitas
hingga meranggas
dan tanpa batas,
lalu, mau jadi apa aku setelah lulus?
(Lala Merdekawati, Jurnal 07)
VII.
ANJING !!! dentuman musik bernada sumbang itu mengganggu telingaku.
malahan sekarang sudah masuk ke kerongkongan, menjalar masuk pembuluh darah.
sekarang, teman-teman diskusiku ikut tertular. lingkaran duduk kami jadi penyakitan.
oh, sungguh kesal tak tertahankan.
Grrrr.
(Baghendra Lodra, Jurnal 06)
VIII.
pada waktu yang selang,
dan langit sedang dirundung malang,
ah, kita masih duduk,
untuk tujuan yang tak satu setan pun mengerti
atau Tuhan yang berbaik hati,
menempatkanku padamu,
atau memang bumi,
yang pasrah untuk kita tempati selalu?
(Dimas Dito, Jurnal 07)
IX
salah, ucapkan selamat tinggal terlalu dini.
tabung-tabung perak dentumkan keroncongan.
sungguhpun ada lembaran serial.
kulambaikan sampai jumpa esok hari,
terlalu dini.
(Haekal Adzani, Jurnal 07)