Oleh: Roby Fuzi Apriansyah
Seperempat layang candra tenggelam
hitam langit legam dan tajam
Aku rindukan satu purnama
bugilnya para peri dan perawan
Jatinangor, 31 Oktober 2011
Senin, 31 Oktober 2011
Secangkir Puisi
Oleh: Roby Fuzi Apriansyah
1/
Sungkan mata terbuka
semasa tembakan surya menyapu mata.
Secangkir kopi dan catatan puisi
aku membuka jendela pagi
2/
Kenapa bukan Shira
dan kenapa harus secangkir puisi? terlalu matang menanak rindu
Tersepuh waktu metronom semu, menunggangi api.
Tak gentar menantang masa kerna aku lelaki
Bismillah, rerintik puisi mengantarkan alur cerita cinta atas ridhoNya.
Jatinangor, 31 Oktober 2011
1/
Sungkan mata terbuka
semasa tembakan surya menyapu mata.
Secangkir kopi dan catatan puisi
aku membuka jendela pagi
2/
Kenapa bukan Shira
dan kenapa harus secangkir puisi? terlalu matang menanak rindu
Tersepuh waktu metronom semu, menunggangi api.
Tak gentar menantang masa kerna aku lelaki
Bismillah, rerintik puisi mengantarkan alur cerita cinta atas ridhoNya.
Jatinangor, 31 Oktober 2011
Minggu, 30 Oktober 2011
Kelu
Hujan malam minggu jatuh ga lagi tersedu-sedu.
Batal sudah aku merasa sendu.
Padahal rindu ini sungguh menggebu.
Terlalu sayang kalau cepat berlalu.
Ah sudahlah..anggap saja ini dengusan rancu.
Untuknya yang tak lagi menunggu...aku.
Kamis, 20 Oktober 2011
5 Haiku Roby Fuzi (2010)
Rindu
Buat Aliem Imron
mencium mawar
rindu terkunci samar
ingat akanmu
mencium parfum
aroma bertaburan
harum sifatmu
aku terdiam
menulis riuh rindu
pada sosokmu
Jatinangor, 22 September 2010
Hukum Indon
busuk tercium
hukum di beli kontan
semua diam
Tasikmalaya, 10 November 2010
Kemerdekan = Uang!
tahanan senang
keluar masuk kandang
dimana hukum?
keluar uang
institusi pun diam
bapak pun senang
Tasikmalaya, 14 November 2010
Melancholia
sakura gugur
mengubur luka lama
hadirkan cinta
sedih tertepis
berganti komposisi
damai tercipta
Singaparna, 24 September 2010
Membakar Marah
api berkobar
amarah hangus lebur
retakan jiwa
purnama terang
marah tersapu kasih
jiwa yang tenang
Jakarta, 23 September 2010
Buat Aliem Imron
mencium mawar
rindu terkunci samar
ingat akanmu
mencium parfum
aroma bertaburan
harum sifatmu
aku terdiam
menulis riuh rindu
pada sosokmu
Jatinangor, 22 September 2010
Hukum Indon
busuk tercium
hukum di beli kontan
semua diam
Tasikmalaya, 10 November 2010
Kemerdekan = Uang!
tahanan senang
keluar masuk kandang
dimana hukum?
keluar uang
institusi pun diam
bapak pun senang
Tasikmalaya, 14 November 2010
Melancholia
sakura gugur
mengubur luka lama
hadirkan cinta
sedih tertepis
berganti komposisi
damai tercipta
Singaparna, 24 September 2010
Membakar Marah
api berkobar
amarah hangus lebur
retakan jiwa
purnama terang
marah tersapu kasih
jiwa yang tenang
Jakarta, 23 September 2010
Menafsirkan Rindu
seperti malam biasa...
aku perawani harmonica dengan desahan yang bersuarakan detak-detak rindu
gundah telah menarikan pikiran pada malam seksi
ketika tembakan merkuri menampar kilaunya bintang
sudah muak aku mendengar
kata-kata 'rindu' dari mulut biduan yang sulit di tafsirkan oleh rasa
lalu...
ku teguk tuak untuk memulai percakapan
dari gelas Nietzsche yang aku pinjam semalam
jelas aku mabuk, kasih. olehmu!
yang dulu menemaniku berfantasi di ranjang reyot
akhirnya runtuh juga
kini...
mengajak Rumi mabuk di kamar mandi, disaksikan Gibran yang lagi onani
saraf terputus, potret gila tercetak api
para sufi mencukur jembut, komposisi sunyi.
----
Jatinangor, 14 Agustus 2011
Selasa, 11 Oktober 2011
tradisi
sungguh aku terlena oleh dingin
yang membelai lembut
yang pelan-pelan merangsek masuk
ke pori-pori kulit
ketika hanya ada gelap
aku memilih daun kawung dan tembakau mole yang terbakar pelan
sungguh tradisi kuno
sungguh penyakitan
sebenarnya, malu aku pada Arctic Monkey
serta layar komputer
malu aku pada paru-paru
dan batuk-batuk kecil
tapi biarlah
toh Soekarno pernah bilang:
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah!
yang membelai lembut
yang pelan-pelan merangsek masuk
ke pori-pori kulit
ketika hanya ada gelap
aku memilih daun kawung dan tembakau mole yang terbakar pelan
sungguh tradisi kuno
sungguh penyakitan
sebenarnya, malu aku pada Arctic Monkey
serta layar komputer
malu aku pada paru-paru
dan batuk-batuk kecil
tapi biarlah
toh Soekarno pernah bilang:
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah!
Sabtu, 08 Oktober 2011
Pudar
Warna yang merah tegas
berubah perlahan
pelan, tapi signifikan
kau mulai tunjukkan merah jambu
simbol kewanitaanmu,
manis
dan sekarang,
bahkan aku bisa melihat putih mu
malu mu
entahlah,
apakah aku senang memandangi itu semua
apakah aku sanggup
mungkin akulah sang hujan,
yang menurutmu
telah menyapu semua kekeringan
dan karenanya timbul perubahan
yang jelas,
aku melihat kau
pudar...
berubah perlahan
pelan, tapi signifikan
kau mulai tunjukkan merah jambu
simbol kewanitaanmu,
manis
dan sekarang,
bahkan aku bisa melihat putih mu
malu mu
entahlah,
apakah aku senang memandangi itu semua
apakah aku sanggup
mungkin akulah sang hujan,
yang menurutmu
telah menyapu semua kekeringan
dan karenanya timbul perubahan
yang jelas,
aku melihat kau
pudar...
Langganan:
Postingan (Atom)