Jumat, 06 Juli 2012

Halo, Bisa Bicara Dengan Cinta?


Halo, selamat siang, bisa bicara dengan Cinta?
Oh maaf, dia sedang keluar.
Ke mana?
Ke stasiun televisi. Dia sedang shooting sinetron.
Jam berapa dia akan pulang?
Wah, tidak tentu. Katanya sehabis shooting, nanti bakal ada rekaman.
Rekaman?
Ya, selain main sinetron, Cinta juga menyanyi. Tidak tahu?
Hmm… saya jarang menonton televisi. Memangnya Cinta memerankan apa di sinetron itu?
Setahu saya dia menjadi wanita yang tersakiti.
Wanita yang tersakiti?
Ya, wanita yang ditinggal pergi pacarnya, kemudian hanya menangis dan meratap.
Selain itu?
Selain itu Cinta juga menjadi tokoh yang manja, cengeng, lemah dan tertindas. Ya, intinya peran protagonis seperti itu.
Oh ya? Kok saya jarang dengar. Kelewat kuper kali ya saya sekarang. Tapi, ngomong-ngomong, kamu sering menonton Cinta di televisi?
Jarang. Saya bosan.
Bosan kenapa?
Soalnya Cinta selalu memerankan peran yang seperti itu. Memangnya kenapa dia tidak mencoba peran yang lain? Peran Ibu yang tegar menghidupi keluarganya seorang diri, misalnya?
Hmm… Kenapa kamu tidak coba bicara langsung saja padanya?
Sudah. Berkali-kali saya sudah bilang, tapi jawabannya selalu sama: arahan dan skenario yang disiapkan sutradara memang sudah seperti itu. Lagi pula, katanya, honornya selalu bertambah besar kok.
Lalu? Tanggapan kamu?
Saya tidak menanggapi. Saya cuma bisa diam, padahal…
Eh, sorry, katamu tadi Cinta juga menyanyi?
Ah, ya.
Lagu apa yang dia nyanyikan?
Lagu yang mendayu-dayu. Lagu yang sering dinyanyiin ABG patah hati.
Kamu suka?
Biasa saja. Cenderung tidak.
Kenapa?
Sama seperti sinetron-nya Cinta, lagunya hanya berkisar pada masalah cinta yang tak kesampaian, putus cinta, atau indahnya cinta. Kenapa tidak mencoba sisi lainnya?
Eh, sorry, memangnya ada salah dengan lagu cinta?
Tidak, maksudnya bukan seperti itu. Saya suka lagu-lagu yang bertema cinta, tapi jangan selalu yangmellow dan mendayu-dayu juga. Kalau semua lagu seperti itu, kasihan dong si Cinta.
Kasihan bagaimana?
Dia punya kemampuan, punya bakat, punya kemauan. Tapi, kalau cuma seperti itu, rasanya semua orang juga bisa. Takutnya, Cinta cuma bakal jadi seperti komet: yang datang selintas, lalu semua orang terpana, kemudian menghilang dalam sekejap. Cinta tidak bakal abadi dan dikenang banyak orang.
Hmm… kata-kata kamu tadi menarik. Tapi maaf, saya harus pergi. Besok saya bakal menelepon lagi. Semoga Cinta ada.
Ya, maaf juga saya jadi bicara terlalu banyak.
Tidak apa-apa. Selamat siang.
Siang.
*
Halo, selamat siang. Ini saya yang kemarin. Cinta-nya ada?
Maaf, Cinta sudah mati, dan kita semua yang membunuhnya!

Iman Purnama, Jurnal 08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar